Breaking News

Darussalam Gontor dan Bangunan Politiknya



Pagi itu suasana di Gontor tegang. Para santri, entah bagaimana ceritanya mereka tiba-tiba mogok belajar. Berkumpul di depan asrama lalu mulai berteriak ramai-ramai. Tertawa-tawa, dan mengejek Guru yang bernagkat mengajar. Teriakannya dimulai dari tuntutan mereka untuk memperbaiki kualitas makanan. Lalu meningkat menjadi kualitas asrama. Teriakan mereka semakin keras dan tawa mereka semakin lepas, tuntutan mereka semankin bebas.Buku-buku mereka bakar. Kasur-kasur mereka keluarkan, para santri yang di pimpin para santri dewasa itu mulai memperngaruhi adik-adik mereka untuk tidak masuk kelas, untuk ikut-ikutan demontstrasi. Mereka mulai melupakan status mereka sebagai santri. Ucapan Kyai Bohong, Kyai Korupsi, Kyai ra iso mimpin, dan teriakan kasar lain menggelora di penjuru Darussalam. Sampai akhirnya mereka tiba pada sebuah Tuntutan Gila : MENGGANTI PIMPINAN PESANTREN !! Bayangkan, santri-santri itu...para tamu di pesantren itu..orang yang meminta ilmu kepada Kyai itu...justru mereka menuntut untuk mengganti tuan rumah....mereka menuntut suksesi di Gontor...benar-benar gagasan Gila..!!




Para Kyai tidak diam. Mereka dalam tangis kasih sayang mereka merawaang jauh..Darimana para santri mendapat ide gila ini? Dipengaruhi siapa mereka? Akhirnya para kyai yang waskita itu tahu dan mengerti. Para santri itu disusupi ide gila dari para politikus yang mulai kehilangan nalar. Disaat itu, semua partai bergerak mencari masa sebanyak-banyaknya. Termasuk mencari masa di sekolah, mencari masa dipesantren, mencari masa di lembaga pendidikan. Hampir semua pesantren mereka berhasil masuk, kecuali Gontor. Karena prinsip “berdiri diatas dan untuk semua Golongan” masih dipegang teguh di tengah perputaran arus politik yang semakin menggila saat itu. Gontor ibarat gadis yang masih kukuh memegang prinspi tidak mau dilamar oleh partai atau ormas manapun. Ini yang membuat para politikus ini berang, sehingga mereka tiba pada satu kesimpulan, ide “diatas dan untuk semua Golongan” itu harus di hancurkan, para pendiri penebar ide itu harus di ganti dan disingkirkan. Agar Gontor berubah, agar Gontor bisa mereka masuki, agar Gontor bisa mereka pengaruhi....Alhamdulillah, Gontor di selamatkan oleh Allah...

Itulah salah satu fakta sejarah yang tidak boleh dilupakan begitu saja oleh Gontor dan kita semua. Peritiwa 19 maret 1967. Peristiwa yang mengajarkan kepada kita bahwa Politik itu kejam. Tidak semua orang bisa dan mampu melibakan diri di dalamnya. Kalau tidak kuat maka akan selesai. Kalau tidak biasa akan putus asa. Kalau tidak mampu, akan beku. Akhirnya tidak bisa beerbuat apa-apa, hanya membertatkan negara saja. Maka itu Gontor TIDAK BERPOLITIK, tapi tidak bodoh-bodoh amat berpolitik. Sejarah telah mengajarkan hal itu. Gontor tidak berpolitik. Biarlah orang mengatakan Gontor itu bodoh, kolot, pengecut, ndak punya keberanian, hanya berani omong tapi tidak berani bertindak,hanya gara-gara tidak aktif berpolitik. Biarlah orang bicara Gontor ini tidak jelas partainya, tidak jelas ormasnya, tidak jelas kemananya, tidak jelas identitasnya, tai sekali lagi Gontor sudah diajari oleh sejarah. Dan sejarah itu biasanya berulang lagi...dan lagi...dan lagi....

Gontor juga tidak terlalu Bodoh soal politik. Pemilihan ketua OPPM setiap tahun berlangsung dengan semi demokratis. Pemilihan ketua-ketua orgnaisasi santri berlangsung terbuka. Setiap akhir tahun, pertanggung jawaban mereka diminta. Karena para santri itu dulu dipilih, bukan dilotre.Maka harus ada sistem pertanggung jawabannya. Sesuatu yang tidak akan pernah kita temui di parlemen manapun di seluruh penjuru dunia ini. Melaporkan pekerjaan mereka selama menjabat. Para santri di doktrin soal politik, di pidato-i soal politik, di gembleng berpilitik, tapi tidak boleh berpolitik aktif. Kenapa? Karena belum saatnya. Sama dengan mengajari bahwa imunisasi itu penting kepada anak-anak, tapi tentu saja anak-anak itu belum kita perkenankan memegang dan menggunakan jarum suntik itu sendirian. Kelak suatu saat nanti, ketika mereka sudah siap berjuang, siap bertaruh resiko perjuangan, siap menelan pahit dan getirnya perjalanan politik, mereka boleh dan bisa berjuang. Tapi Gontor sebagai lembaga pendidikan, tidak akan bercampur dengan garis politik apapun dan ormas manapun...

Jadi jika kita temui ada copas dari wa atau status di FB yang menyatakan seakan-akan orang yang tidak aktif berpolitik, tidak mendukung sebuah tindakan politik sebagai hal yang memalukan, tidak ikut sunnah nabi, tidak ikut berjuang, maka saya berani menyatakan dia SALAH..!! Kami tidak berpolitik bukan berarti kami bodoh soal politik. Kami tidak mendukung partai, bukan berarti kami tidak ikut pemilu, kami tidak ikut demo bukan berarti kami tidak ikut berjuang. Sebab kalau saja kita semua tahu bagaimana Kyai Hasan berpidato soal politik di pertemuan-pertamuan kami. Maka Suara beliau ibarat HAMKA, Gestur beliau laksana Bung Karno, ketegasan beliau seperti KH Agus Salim, dan gelegar bentakan beliau ketika mengomentari bangsa dan negara ini betul-betul seperti Alm Hugo Chaves mengomtari Amerika. Keras...Tegas...Berani...

Gontor punya prinsip ini. Gontor punya nilai Demokratis tersendiri dalam pendidikan. Gontor mendidik, dan Gontor mengajar. Maka jika Gontor ikut demo, ikuta-ikutan kampanye, maka akan merusak suasana pendidikan yang sudah dibangun bertahun-tahun ini. Saya sendiri membuktikannya. Dulu ketika tahun 99 saya kelas 6. Pada waktu itu partai-partai tengah berdiri laksana jamur di musim hujan. Lalu kita masing-masing mencoba mempromokan partai pilihan kita masing di dalam kelas. Jadilah dalam kelas itu Gontok-gontokan antar pendukung partai. Untunglah acaranya memang santai, jadi di akhiri dengan tawa. Tidak terbaang kalau di Gontor boleh ada kampanye, seperti apa ributnya. Karena memang kami belum dewasa, kami belum tahu apa-apa. Dan akhirnya setelah kami menemukan jatid diri kami, terbukti, Alumni Gontor banyak aktif di berbagai partai, alumninya menggerakkan di berbagi ormas, Alumninya aktif di berbagi organisasi, Alumninya punya pengaruh diberbagai organisasi, tapi mereka menjunjung tekad yang sama untuk membawa kebaikan umat...dengan caranya sendiri-sendiri...karena mereka sudah mampu berfikir dan memahami...

Catatan Ustadz Saya Oky Rahmatullah

Tidak ada komentar