Breaking News

Zaman yang Berulang !!! karena Pertarungan Belum Selesai

Sebuah tulisan menarik yang Saya dapatkan lewat Abangda TejoAsmoro yang di hadirkan di Status Facebook Abang Saya Irwansyah Nuzar . Bahwa apa yang terjadi hari ini bukanlah sesuatu yang baru. Zaman berulang, karena pertarungannya belum selesai. Jika tak bijak kala berpijak maka hanya akan meneruskan apa yang tak terselesaikan. Jika ini tuntas sekarang maka putihan dan abangan menjadi Merah Putih....

Monggo.....


JAS MERAH.

Di penghujung kekuasaan Demak abad 15-16, kemelut politik kekuasaan Jawa berlangsung secara dramatik. Sepeninggal R. Patah kemudian disusul Adipati Unus, seluruh keturunan trah R. Patah berakhir secara tragis. Sekar Sedo Lepen, Trenggono dan terakhir perseteruan antara Jipang dan Pajang, antara Joko Tingkir dan Arya Penangsang pun lebih tragis dg terbunuhnya Arya Penangsang di ujung Tombak Kyai Plered di tangan Sutowijoyo.

Apa yg menarik dari sesi sejarah pertikaian politik jawa dg ketegangan politik kita saat ini? Adalah Ki Ageng Selo yg meyakini bahwa hanya keturunan Medang Kamulan yg boleh menjadi raja di tanah Jawa. Dengan menggunakan Joko Tingkir dan Sunan Gunung jati, pengikut Selo memainkan manufer politiknya. Mereka : Ki Ageng Pemanahan dan sang ahli strategi Ki Juru Mertani, mrk berhasil merebut tahta Demak menjadi tahta Pajang yg kemudian bergeser menjadi Kartosuro kemudian bergeser lagi menjadi Surokarto. Itulah yg kemudian dikenal sbg Mataram Baru atau Mataram Islam.

Pertarungan di atas menandai terjadinya tarik menarik kekuasaan antara kelompok Islam yg bercita2 mendirikan Kesultanan Islam dan keturunan Medang Kamulan yg tetap menginginkan kerajaan. Kesultanan Nusantara yg dicita2kan Sunan Ampel itulah yg dikenal sbg kelompok hijau atau kaum santri dan penerus cita2 Medang Kamulan sbg kelompok abangan.

Sesungguh pertarungan dua kelompok itu sdh tereduksi oleh percampuran dalam trah Brawijaya. Namun ketegangan persaingan di antara keduanya masih terus mewarnai perpolitikan Nusantara hingga era kolonialisme. Padahal secara genetika, keturunan Campa dan Timur Tengah yg membawa cita2 kesultanan Islam dan keturunan Medang Kamulan yg membawa mandat Kertanegara
sebagaimana dimuat dalam Nagarakartagama, sdh bercampur. Formasi dikotomis terakhir yg muncul adalah pada 1908 ketika mulai muncul Kabangkitan Nasional. Satu pihak menginginkan Negara Islam dan sisi lain menginginkan Negara Jawa.

Adalah kelompok Nasionalis yang pada fase kemudian muncul menjadi kelompok penengah sekaligus menjadi jalan ke luar bagi berdirinya Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 bersama kelompok NU yg mewakili kelompok Islam mengambil kesepakatan, baik soal Pancasila maupun negara Republik Indonesia.

Selesaikah itu? Tidak. Hari ini ketegangan itu muncul kembali. Lepas semua itu merupakan rekayasa dari sekelompok org yg memiliki nafsu kekuasaan, namun formasi ketegangan antara Islam dan non Islam makin menjadi api dalam sekam. Kali ini sesungguhnya bukan lagi Islam yg dimaksud oleh Sunan Ampel. Bukan juga sebagai Medang Kamulan penerus cita2 Nagarakertagama. Kelompok Islam yg ada saat ini adalah kelompok haus kekuasaan. Kelompok abangan yg sekarang pun adalah kelompok haus kekuasaan. Namun formasi yg digunakan adalah formasi cita2 negara Islam dan cita2 Nagarakartagama.

Demikianlah siklus sejarah berganti. Tapi di manakah kini para penerus Sunan Ampel yg asli? Mungkin masih ada di NU. Lantas di manakah penerus Medang Kamulan? Tak jelas. Dan yg paling menentukan adalah di manakah penerus cita2 Nagarakertagama? Juga tak pernah muncul kembali.
1908-2018 sdh lebih 1 abad itu berlangsung. Orang bilang, siklus 100 tahun akan melahirkan pemimpin baru dengan gerakan baru?

(Ismail Arif)

Tidak ada komentar